Jakarta, KNEKS - Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) turut hadir dalam kegiatan Indonesia Orange Bond and Sukuk Issuance Roundtable, yang sekaligus menjadi momentum peluncuran framework Orange Bond dan Orange Sukuk pada Jumat (8/8).
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) yang bekerja sama dengan Impact Investment Exchange (IIX) di Gedung BEI, Jakarta, dan dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, korporasi, regulator, perbankan, hingga lembaga pembangunan. Dari pihak KNEKS, hadir Yosita Nur Wirdayanti selaku Plt. Direktur Jasa Keuangan Syariah, serta perwakilan dari Analis KNEKS.
Kegiatan ini menjadi forum strategis dalam memperkuat ekosistem keuangan berkelanjutan sekaligus menjadi momentum penting dalam mendorong lahirnya instrumen keuangan inovatif yang menekankan aspek keberlanjutan dan kesetaraan gender.
Transformasi Pasar Modal Indonesia
Per 1 Agustus 2025, BEI resmi bertransformasi menjadi bursa multi-aset yang mencakup perdagangan saham, obligasi, instrumen non-saham, hingga karbon, dengan capaian positif di berbagai indikator perdagangan. Transformasi ini mencerminkan komitmen BEI untuk memperluas akses investasi dan memperkuat daya saing pasar modal Indonesia di kancah global. Sejalan dengan transformasi tersebut, BEI juga menginisiasi beragam program berbasis Environmental, Social, and Governance (ESG), mulai dari penyediaan indeks keberlanjutan, edukasi dan sosialisasi, hingga pemberian insentif bagi emiten yang menerbitkan instrumen berwawasan lingkungan dan sosial.
Langkah ini membuka ruang lebih luas untuk menghadirkan inovasi keuangan, termasuk penerbitan Green Bonds/Sukuk, Social Bonds/Sukuk, Sustainability Bonds/Sukuk, Sustainability-Linked Bonds/Sukuk, serta Sukuk-Linked Waqf, yang seluruhnya diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi hijau dan berkelanjutan.
Kehadiran Orange Sukuk
Salah satu terobosan utama yang dibahas dalam roundtable adalah peluncuran Orange Bond dan Orange Sukuk Framework, yakni kerangka acuan bagi pengembangan instrumen keuangan tematik yang menempatkan kesetaraan gender (SDG 5) sebagai fokus utama.
Secara khusus, Orange Sukuk hadir sebagai instrumen pembiayaan syariah yang dirancang untuk memperluas akses modal bagi UMKM, sektor berbasis masyarakat, dan proyek ramah lingkungan. Instrumen ini menekankan keberpihakan pada perempuan serta kelompok rentan, mendorong transparansi melalui pelaporan berbasis data terpilah gender, sekaligus memperkuat tata kelola yang inklusif dan berkeadilan dalam sistem keuangan syariah. Dengan demikian, Orange Sukuk tidak hanya menjadi sarana mobilisasi modal, tetapi juga instrumen pemberdayaan ekonomi yang mendukung transisi menuju pembangunan hijau dan berkelanjutan.
Untuk memperkuat implementasinya, telah diperkenalkan kerangka kerja Orange Sukuk yang mengadaptasi prinsip Orange Bond ke dalam pembiayaan berbasis syariah. Kerangka ini selaras dengan Maqasid al-Shariah serta regulasi keuangan syariah nasional. Kehadiran framework ini memberikan jalur yang jelas untuk mengintegrasikan tujuan kesetaraan gender dan inklusi sosial ke dalam strukturisasi sukuk, tata kelola, hingga sistem pengukuran dampak.
Prinsip Utama Orange Instruments
Orange Bonds dan Orange Sukuk berlandaskan pada tiga prinsip utama (Orange Principles) yang menjadi pembeda sekaligus penguat nilai keberlanjutannya. Pertama, Gender-Positive Capital Allocation, yakni memastikan dana yang dihimpun benar-benar dialokasikan untuk produk, layanan, aset, pasar, maupun peluang kepemimpinan yang memberikan manfaat nyata bagi perempuan, anak perempuan, dan kelompok gender minoritas. Kedua, Gender-Lens Capacity and Diversity in Leadership, mendorong penerbit untuk memiliki representasi gender yang seimbang, terutama di fungsi inti dan posisi kepemimpinan sehingga sejalan dengan masyarakat yang menjadi penerima manfaat. Ketiga, Transparency in the Investment Process and Reporting, menekankan pentingnya strategi pengukuran dampak yang jelas, pelaporan hasil secara transparan dengan data terpilah gender melalui evaluasi tahunan, serta penyampaian laporan yang rutin dan mudah diakses oleh publik.
Komitmen Bersama
Melalui inisiatif Orange Capital Markets, Indonesia menargetkan mobilisasi dana hingga USD 5 miliar pada tahun 2030. Dana ini akan difokuskan untuk menghadirkan pembiayaan yang lebih inklusif, membuka akses permodalan yang lebih luas bagi masyarakat, khususnya perempuan dan kelompok rentan, sekaligus memperkuat tumbuhnya ekosistem ekonomi hijau yang berkelanjutan di Indonesia.
Indonesia telah mencatat sejarah melalui penerbitan Orange Sukuk pertama di dunia oleh PT Permodalan Nasional Madani (PNM). Instrumen ini diharapkan mampu memperluas akses pembiayaan global bagi UMKM, memperkuat pemberdayaan perempuan dalam perekonomian, serta mendorong terwujudnya transisi menuju ekonomi hijau dan berkelanjutan.
Sejumlah pemangku kepentingan juga turut memberikan dukungan pada acara ini. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan pentingnya inovasi instrumen pembiayaan yang inklusif dan sejalan dengan POJK No. 18/2023 tentang penerbitan efek bersifat utang dan sukuk berkelanjutan. Sementara itu, mitra pembangunan internasional menekankan bahwa Orange Bonds dan Orange Sukuk dapat menjadi model global dalam mengintegrasikan gender equality dan prinsip keberlanjutan ke dalam pasar modal syariah.
Peran KNEKS
KNEKS berkomitmen untuk terus mendukung pengembangan instrumen inovatif ini melalui sinergi dengan regulator, pelaku industri, dan mitra pembangunan. Kehadiran KNEKS dalam forum ini merupakan bentuk kontribusi nyata untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai pionir keuangan syariah berkelanjutan berbasis gender di tingkat global.
Roundtable ini menjadi momentum penting bagi Indonesia dalam mendorong terciptanya sistem keuangan berkelanjutan yang lebih inklusif dan peka terhadap isu gender. Dengan adanya kolaborasi lintas sektor, Orange Bond dan Orange Sukuk diharapkan dapat berkembang menjadi instrumen andalan di pasar modal nasional, sekaligus mempertegas peran Indonesia sebagai salah satu pemimpin global dalam pengembangan Islamic sustainable finance.
Penulis: Reika Harlistiya, Muhammad Agung Saffi'i
Redaktur Pelaksana: Ishmah Qurratu'ain