Oleh Isnawati, Wartawan Suara Merdeka Pantura
PEKALONGAN, suaramerdeka-pantura.com – Pemerintah menargetkan Indonesia bisa menempati peringkat pertama ekonomi syariah global pada tahun 2029. Untuk mewujudkan target itu, ada enam sektor utama yang bisa dikembangkan.
Hal ini mengemuka pada Talkshow Penguatan Literasi Ekonomi dan Keuangan Syariah (Eksyar), Mewujudkan Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Lembaga Keuangan Syariah yang Amanah. Acara berlangsung di Aston Pekalongan Syariah Hotel & Conference Center, Jumat (22/8).
Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Sutan Emir Hidayat mengatakan, literasi ekonomi syariah Indonesia sudah meningkat, namun inklusinya masih menjadi pekerjaan rumah.
“Indeks literasi kita cukup baik, tapi yang menjadi masalah adalah inklusi. Saat ini baru di kisaran 12–13 persen. Artinya, masyarakat sudah tahu, tapi belum banyak yang menggunakan produk keuangan syariah,” terangnya.
Menurut Emir, akses layanan keuangan syariah harus diperluas, termasuk lewat digitalisasi. Ia menyebut ada enam sektor utama yang menjadi pilar pengembangan ekonomi syariah. Yakni industri halal, fesyen muslim, pariwisata ramah muslim, obat-obatan dan kosmetik halal, keuangan syariah, serta media islami.
Dari lima sektor tersebut, terdapat lima kunci penguat, yakni volume transaksi, inovasi, literasi/awareness, dampak sosial, serta regulasi yang mendukung. “Kalau kelima hal ini berjalan, skor Indonesia di SGIE (State of The Global Islamic Economy) akan terus naik,” sambungnya.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tegal, Bimala mengatakan, posisi Indonesia dalam peta ekonomi syariah global akan semakin kuat. Data tahun 2024 menunjukkan, indeks literasi ekonomi syariah baru mencapai 42,08 persen. Indeks literasi keuangan syariah 39,11 persen dan tingkat inklusi keuangan syariah masih berada di angka 12,88 persen.
Menurut dia, kondisi tersebut menggambarkan perlunya upaya bersama dalam meningkatkan pemahaman masyarakat, sekaligus mendorong inklusi keuangan syariah. Di sisi lain, keterbatasan pemahaman dan tingkat literasi masyarakat, serta kehadiran lembaga keuangan yang amanah, masih menjadi tantangan.
“Oleh karena itu, diperlukan sinergi dan komitmen semua pihak dalam memperkuat literasi, meningkatkan inklusi, serta memastikan tata kelola yang profesional dan berlandaskan prinsip syariah,” terangnya.
Terkait hal ini, BI Tegal mendorong penguatan literasi sekaligus inklusi di wilayah kerjanya, mulai Brebes hingga Batang. Salah satunya melalui kegiatan Festival Ekonomi dan Keuangan Syariah yang diselenggarakan di Kota Pekalongan.
Bimala mengatakan, program ini dapat menjadi penguatan sinergi lintas sektor antara Bank Indonesia, Pemerintah Kota Pekalongan, Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Pekalongan, perbankan, pesantren hingga para pelaku usaha dari wilayah eks Karesidenan Pekalongan.
Upaya yang dilakukan mencakup digitalisasi pembayaran melalui QRIS, edukasi dan sosialisasi bersama Ustad Maulana, serta memfasilitasi Gerakan Pangan Murah.
Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai prinsip-prinsip dasar ekonomi dan keuangan syariah, serta produk dan layanan yang tersedia di dalamnya.
Selain itu, meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga keuangan syariah sekaligus mendorong partisipasi aktif dalam pemanfaatan produk dan layanan keuangan syariah yang amanah, transparan, dan akuntabel.
“Kami berharap, kegiatan ini dapat mendukung pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berbasis halal, serta sektor riil yang selaras dengan prinsip-prinsip syariah. Kemudian mendorong terciptanya tata kelola ekonomi dan keuangan syariah yang lebih transparan dan akuntabel di seluruh lapisan masyarakat,” paparnya.
Sementara itu, Ketua Umum MES Kota Pekalongan, Andi Arslan Djunaid mengatakan, peluang usaha berbasis syariah di Indonesia masih sangat besar. Namun, minat masyarakat belum optimal.
“Potensinya luar biasa, tapi minat untuk menjalankan bisnis syariah belum kencang. Fungsi MES, KNEKS, didukung BI dan OJK adalah mendorong akselerasi itu. Bahkan, saya sendiri berpikir memulai kembali bisnis berbasis syariah karena harus ada contoh dari kita dulu,” kata dia.
Artikel ini diterbitkan oleh Suara Merdeka Pantura pada Jumat, 22 Agustus 2025
Link artikel asli: https://pantura.suaramerdeka.com/pantura-raya/0615777859/enam-sektor-utama-jadi-pilar-pengembangan-ekonomi-syariah