IDEN
MBG Berbasis Pesantren: Integrasi Sosial dan Ekonomi untuk Masyarakat
12 June 2025

BANDUNG, KNEKS – Pondok Pesantren Yatim Al-Kasyaf di Cileunyi, Kabupaten Bandung, menjadi contoh konkret bagaimana dapur pesantren dapat dimanfaatkan sebagai sentra penyedia makanan bergizi bagi santri dan masyarakat sekitar. Melalui program Makan Bergizi Gratis (MBG), Al Kasyaf berhasil mengintegrasikan pemenuhan gizi dengan pemberdayaan ekonomi berbasis UMKM.  

Program ini tidak hanya menyediakan makanan sehat bagi para santri, tetapi juga menggerakkan ekosistem ekonomi sekitar. Bahan-bahan pangan untuk MBG dipasok oleh petani, peternak, dan pelaku UMKM setempat, membentuk satu rantai nilai yang berkelanjutan. Selain itu, pengelolaan limbah makanan dilakukan bersama pelaku UMKM sebagai bagian dari pendekatan ekonomi sirkular sehingga bernilai tambah, yang memperluas manfaat program secara ekonomi dan lingkungan.  

“Kami melihat secara langsung bahwa pondok pesantren seperti Al-Kasyaf bukan hanya pusat pendidikan, tapi juga ujung tombak pemenuhan gizi umat. Program MBG di sini bisa dijadikan model di pesantren lain,” ujar Dwi Irianti Hadiningdyah, Direktur Keuangan Sosial Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), saat melakukan kunjungan kerja ke dapur MBG Al-Kasyaf pada Selasa, 10 Juni 2025.  

Kunjungan tersebut juga dihadiri oleh Kepala Divisi Inklusi Keuangan Syariah Eka Jati Firmansyah, Kepala Divisi Lembaga Keuangan Mikro Syariah Bagus Aryo, serta unsur penting lainnya seperti Kementerian Agama sebagai pengampu pondok pesantren dan Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah (KDEKS) Jawa Barat sebagai penggerak ekonomi syariah setempat. Dalam suasana hangat dan interaktif, rombongan berdiskusi langsung dengan pihak pesantren terkait pelaksanaan dapur MBG dan potensi penguatan koordinasi lintas pihak.  

Menurut Dwi, kunjungan ini merupakan langkah penting dalam mempersiapkan implementasi policy brief program MBG berbasis ekosistem pesantren. Hal ini termasuk pemetaan integrasi pendanaan sosial dan komersial syariah untuk mendukung keberlanjutan operasional MBG.  

Diskusi juga membahas strategi peningkatan akses pendanaan melalui skema keuangan syariah dan kolaborasi kelembagaan bersama KDEKS Jawa Barat. Harapannya, model seperti yang diterapkan di Al-Kasyaf dapat direplikasi ke banyak pesatren lainnya di berbagai daerah.  

“Sinergi ini adalah langkah kecil yang membawa dampak besar, bukan hanya untuk gizi anak-anak pesantren, tapi juga ketahanan ekonomi desa,” tutup Dwi.  

Nilai tambah dari program ini bukan hanya tercermin dalam asupan gizi santri, tetapi juga pada peningkatan penghasilan dan keberdayaan masyarakat sekitar. Christiyanti Nour Madani, S.Pd, salah satu penggerak di pesantren, mengungkapkan bahwa banyak potensi ekonomi lokal yang sebelumnya tidak diketahui masyarakat, kini mulai tergali dan dimanfaatkan.  

“Potensinya besar, tapi belum banyak yang sadar. Melalui program ini, warga mulai sadar mereka bisa terlibat dan merasakan manfaat langsung,” jelas Christy.   

Sejak menjadi SPPG pada Februari 2025, Al Kasyaf menunjukkan pendekatan inklusif dalam membangun ekosistem ekonomi lokal yang berbasis nilai-nilai kemandirian dan pemberdayaan masyarakat. Di bawah kepemimpinan KH. Giovani Tarega, Ph.D, pesantren yang menampung 160 santri yatim, piatu, dan dhuafa secara cuma-cuma ini mengembangkan sistem yang melibatkan langsung pelaku usaha mikro lokal dan mustahik (penerima manfaat zakat) dalam rantai pasok MBG.   

Tak hanya fokus pada pemenuhan gizi dan penguatan ekonomi komunitas, Al-Kasyaf juga membina pendidikan berkelanjutan bagi para santri. Beberapa santri bahkan telah menempuh pendidikan hingga jenjang strata satu (S1) dan strata dua (S2), yang menunjukkan bahwa pesantren ini tidak hanya menanamkan nilai-nilai keislaman, namun juga mendorong santri untuk meraih masa depan yang lebih baik.  

Hal tersebut sejalan dengan visi Pesantren Al Kasyaf, yaitu “Membimbing, menolong dan mengarahkan Ummat Islam Bangsa Indonesia agar sesuai dengan fitrahnya, melalui pembelajaran, pensucian jiwa dan pengamalan ajaran Islam di pesantren dan di luar pesantren”.   

Kisah sukses Al-Kasyaf menjadi bukti bahwa pesantren dapat bertransformasi menjadi pusat ketahanan pangan dan ekonomi komunitas, tanpa meninggalkan fungsinya sebagai lembaga pendidikan.  

KNEKS menegaskan komitmennya dalam mendukung program Makan Bergizi Gratis sekaligus memperkuat ekosistem ekonomi syariah nasional melalui pendekatan yang inklusif dan berbasis komunitas. Kolaborasi antara pesantren dan para pemangku kepentingan ekonomi syariah menjadi kunci sukses pelaksanaan program-program strategis ke depan.  

 

Penulis: Annisa Paramita  

Redaktur Pelaksana : Lidya Dewi N

Berita Lainnya