IDEN
KNEKS dorong Pembangunan Berkelanjutan dengan Kolaborasi Global dan Daerah
27 May 2025

Jakarta-KNEKS, Republika menyelenggarakan Islamic Finance Dialogue, sebuah forum diskusi yang mengangkat isu-isu strategis seputar perkembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia maupun global. Acara yang dilaksanakan pada 26 Mei 2025 ini menghadirkan berbagai pemangku kepentingan syariah (bankir, manajer investasi, regulator, dll.), termasuk Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), akademisi dan peneliti di bidang keuangan syariah, perwakilan dari institusi keuangan syariah regional di ASEAN, advokat keberlanjutan dan praktisi ESG (Environmental, Social, Governance). Dari diskusi tersebut, beberapa topik penting mengemuka, integrasi PDB syariah ke dalam RPJMN, dorongan kolaborasi global, upaya meningkatkan literasi keuangan syariah, hingga tantangan memangkas kesenjangan antara ekonomi syariah dan konvensional. 

Deputi Direktur Bisnis Digital dan Pusat Data Ekonomi Syariah KNEKS, Dedi Wibowo, dalam acara Islamic Finance Dialogue di Jakarta, Senin (26/5/2025) menyatakan bahwa indikator ekonomi dan keuangan syariah sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan telah resmi masuk dalam RPJMN setelah upaya 1,5 tahun. Salah satu terobosan penting adalah dimasukkannya PDB Syariah, dimana pertama di dunia yang menghadapi tantangan kompleksitas perhitungan karena irisan sektoral yang luas. Bersama dengan para panelis lain Datuk Prof Mohamad Arkam (ISRA), Rima Dwi Permatasari (BSI – ESG) Dan Ali Mansour Falahi (IsDB), keempat panelis sepakat bahwa peran ekonomi syariah sangat penting dalam mempercepat pembangunan berkelanjutan di Indonesia dan global.

Dedi Wibowo menekankan bahwa “Kita tidak bisa jalan sendiri. Ekonomi syariah itu pada hakikatnya berbasis pada semangat berjamaah, artinya kolaboratif," sebagai kunci utama dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia. "Targetnya seluruh provinsi memiliki KDEKS dan memasukkan ekonomi syariah dalam RPJMD," tegas Dedi. KNEKS, didukung kementerian/lembaga, akademisi dan semua pemangku kepentingan telah memetakan langkah strategis melalui Master Plan Ekonomi Keuangan Syariah (MEKSI) 2025–2029, termasuk pembentukan Komite Daerah Ekonomi Syariah di 31 provinsi (menuju 38 provinsi) dan menekankan bahwa ekonomi dan keuangan syariah merupakan fondasi pembangunan berkelanjutan.

Republika bersama KNEKS di tempat yang sama menyelenggarakan puncak acara Anugerah Syariah Republika dan Anugerah Adinata Syariah 2025 untuk memperkuat ekosistem ekonomi syariah. "Butuh dukungan semua sektor agar Indonesia menjadi pemimpin ekonomi syariah global," tegas Nur Hasan Murtiaji, Direktur Republika, menekankan pentingnya kolaborasi edukasi dan literasi. Sholahudin Al Aiyub, Direktur Eksekutif KNEKS, menambahkan bahwa kolaborasi adalah kunci, dengan Anugerah Adinata Syariah tahun keempat sebagai bukti komitmen mendorong inovasi daerah. "Harapannya, ini memperkuat sinergi pusat-daerah untuk wujudkan Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah dunia," pungkas Aiyub.

Indonesia merupakan negara yang memiliki 88% penduduk Muslim yang terbanyak di dunia, tetapi untuk literasi pengetahuan tentang ekonomi syariah dan halal masih sangat rendah. Dedi Wibowo mengungkapkan bahwa tingkat literasi ekonomi syariah di Indonesia masih di bawah 50%, menunjukkan mayoritas masyarakat belum sepenuhnya memahami sistem ekonomi yang sesuai dengan syariat Islam. Padahal, literasi adalah fondasi utama bagi terbentuknya ekosistem ekonomi syariah yang kuat. Literasi ekonomi syariah tidak hanya tentang pemahaman konsep, tetapi juga penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari perbankan, investasi, hingga konsumsi produk halal. Untuk itu, kolaborasi lintas sektor, melibatkan pemerintah, lembaga pendidikan, pelaku usaha, dan media menjadi kunci dalam memperluas edukasi ekonomi syariah. Islamic Finance Dialogue hadir sebagai wadah strategis bagi para pemangku kepentingan untuk memperkuat kontribusi ekonomi syariah dalam pembangunan. Dengan potensi pasar halal yang besar, KNEKS berkomitmen meningkatkan literasi agar ekonomi syariah tidak hanya berkembang secara kuantitas, tetapi juga tertanam dalam kesadaran dan praktik masyarakat. "Kami akan terus memperluas jangkauan edukasi untuk menciptakan masyarakat yang benar-benar melek syariah," tegas Dedi Wibowo.

 

Penulis : Dedi Wibowo

Redaktur Pelaksana : Lidya Dewi N

Berita Lainnya