IDEN
Lokakarya Penguatan Lini Bisnis BPD Syariah
10 August 2023

Jakarta, KNEKS - Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) bersama dengan Young Islamic Bankers (YIB) menyelenggarakan lokakarya BPD dengan tema “Strategi Berkelanjutan dan Kontributif untuk Penguatan Lini Bisnis BPD Syariah” pada hari Rabu dan Kamis (9-10/8) bertempat di hotel Le Meridien Jakarta. Acara ini dihadiri oleh perwakilan 14 Bank Pembangunan Daerah syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS) dari seluruh Indonesia. 

Lokakarya diselenggarakan sebagai bentuk dorongan dalam penguatan bisnis syariah BPD dalam meningkatkan daya saing dalam industri. Lokakarya berfokus pada strategi meningkatkan aset melalui funding dan financing, sinergi dengan bank syariah dan fintech, transformasi dan penyusunan corporate plan perbankan syariah serta utilisasi potensi wakaf. 

Turut hadir sebagai pembicara yakni Kindy Miftah Chief Strategy YIB, Rima Dwi Permatasari Group Head Corporate Transformation Bank Syariah Indonesia (BSI), Kukuh Rahardjo Direktur Utama Bank NTB Syariah, Ahmad Zulva Adi Pemimpin Grup Syariah Bank DKI Syariah, Bambang Sutrisno Head of BSI Corporate University, Sulistyowati Praktisi Perbankan Syariah, Arief Mediadianto Head of Sales Financing & Community Building Bank Aladin, dan Imam Teguh Saptono Wakil Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI). 

Dalam pembukaan, Plt. Direktur Eksekutif KNEKS Taufik Hidayat menyampaikan bahwa penyelenggaraan lokakarya diselenggarakan guna memperkuat perbankan syariah untuk menjadi kompetitif dan berkelanjutan dalam industri perbankan syariah. Disampaikan pula total aset BPD Syariah sekitar 14% dari total aset perbankan syariah.  

Taufik juga menyampaikan pentingnya kesiapan peran BPD dalam peningkatan permintaan dan pembiayaan. “BPD dapat berpartisipasi dalam mengelola dana-dana jangka panjang dan turut dalam pembiayaan proyek KPBU dan industri halal sehingga dapat memperkuat terbentuknya ekosistem ekonomi syariah di daerah terlebih dengan adanya KDEKS di daerah,” kata Taufik. 

Acara hari pertama dimulai dengan paparan oleh Kindy Miftah mengenai shariah strategy and leveraging bagi UUS. Dari sisi leveraging dapat memanfaatkan seluruh sumber daya dan infrastruktur dari bank induk dalam memasarkan dan mengelola bisnis dan produk syariah baik secara penuh, semi, atau stand alone. Selain leveraging, dapat dilakukan pula quick win strategy dalam memberi dampak secara cepat dan signifikan. 

Sesi dua dilanjutkan oleh Rima Dwi Permatasari yang menyampaikan bahwa adanya merger bukan secara otomatis menaikkan market share perbankan syariah secara agregat, tapi menjadikan lebih kuat. "Merger menjadikan lebih efisien dari skala ekonomi, modal, dan sinergitas manajerial dan pasar,” ujar Rima. 

Selain itu, Rima menjelaskan tentang perlunya tata kelola yang kuat dalam menghadapi tantangan sebagaimana adanya Project Management Office (PMO) atau Integration Management Office (IMO) untuk mengurai silo group.  

Sesi terakhir ditutup dengan pemaparan oleh Kukuh Rahardjo dan Ahmad Zulva Adi terkait diversifikasi pembiayaan syariah bagi BPD dalam hal ini pada Bank NTB Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS) Bank DKI.  

Kukuh Rahardjo menyampaikan dalam ekosistem sektor ekonomi halal NTB terdiri dari pertanian, pariwisata, industri, perdagangan, konstruksi, dan transportasi dan logistik. Kukuh menambahkan bahwa peran perbankan syariah dalam industri halal berupa penyediaan produk dan layanan berbasis digital, penyaluran pembiayaan sektor UMKM Industri Halal, peningkatan kapasitas pelaku pada keuangan syariah, kerja sama dengan platform layanan bersama, serta penunjang transaksi keuangan dan fasilitator market place transaksi halal.  

Ahmad Zulva Adi kemudian menyampaikan beberapa strategi yang dapat dijalankan diantaranya fokus target pasar, system improvement, people development, inisiasi bisnis, kolaborasi, dan pengembangan ekosistem. Selain itu juga dipaparkan bahwa BPD dapat berfokus pada ekosistem dengan melakukan sinergi dan kolaborasi komunitas yang terkait dengan BUMD dan pemerintah provinsi. 

Hari kedua dimulai dengan pemaparan dari Sulistyowati dan Bambang Sutrisno mengenai strategi meningkatkan portofolio dana lembaga keuangan.  

Sulistyowati memaparkan tiga tantangan bisnis BPD syariah, yakni market share dan pembiayaan menurun, funding dan pembiayaan yang tidak optimal, dan persaingan teknologi. Dipaparkan juga enam strategi dalam transformasi BPD yakni pengembangan produk, pengelolaan layanan, pengembangan pemasaran, pengelolaan jaringan, pengelolaan portofolio, dan penguatan likuiditas dan permodalan.  

Pada materi berikutnya, Bambang Sutrisno menyampaikan pentingnya scanning dalam menentukan positioning bank yang akan membantu dalam penentuan strategi DPK. Selain itu, dipaparkan terkait peluang dan tantangan serta strategi pengelolaan dana institusi dengan melalui pengelolaan dengan peningkatan CASA dan pengembangan ekosistem nasabah.  

Pemaparan berikutnya disampaikan oleh Arief Mediadianto mengenai pentingnya kolaborasi digital bagi BPD Syariah. Kolaborasi menjadi hal penting mengingat adanya perubahan komposisi demografi dan perkembangan teknologi sehingga dapat mengatasi keterbatasan yang ada. Kolaborasi digital dengan memanfaatkan hal yang terdekat, termudah, dan tercepat. 

Materi ditutup dengan pemaparan dari Imam Teguh Saptono yang membahas tentang bank syariah sebagai nadzir wakaf uang sebagaimana ketentuan dalam Undang-undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK). 

Imam memaparkan, “Dengan bank syariah sebagai nazhir wakaf uang terdapat beberapa keunggulan, yaitu sejalan dengan fungsi sosial bank syariah, adanya infrastruktur dan kompetensi yang dimiliki dalam menjaga aset wakaf baik dalam mobilisasi maupun menjaga aset, dan memberikan keunikan nilai dan sinergi dengan mitra nadzir lain.”  

Penulis: Ahza Ali Musthofa 
Redaktur Pelaksana: Ishmah Qurratu'ain

Berita Lainnya